Askep TB Paru pada Anak
Pengertian
Penyakit
infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada
parudisebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999)..
Faktor
Resiko
Ü Rasial/Etnik
group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
Ü Klien dengan
ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status
kesehatan.
Ü Klien dengan
penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.
Gejala
Klinis
1. Demam
(subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa.
2. Batuk
(kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah).
3. Sesak
napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
4. Nyeri dada,
jika infiltrasi sudah ke pleura.
5. Malaise ,
anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
patofisiologi klik untuk perbesar gambar
Pengkajian
(Doegoes, 1999)
1. Aktivitas
/Istirahat
- Kelemahan
umum dan kelelahan.
- Napas pendek
dgn. Pengerahan tenaga.
- Sulit tidur
dgn. Demam/kerungat malam.
- Mimpi buruk.
- Takikardia,
takipnea/dispnea.
- Kelemahan
otot, nyeri dan kaku.
2. Integritas
Ego :
- Perasaan tak
berdaya/putus asa.
- Faktor
stress : baru/lama.
- Perasaan
butuh pertolongan
- Denial.
- Cemas,
iritable.
3.
Makanan/Cairan :
- Kehilangan
napsu makan.
-
Ketidaksanggupan mencerna.
- Kehilangan
BB.
- Turgor kulit
buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
4.
Nyaman/nyeri :
- Nyeri dada
saat batuk.
- Memegang
area yang sakit.
- Perilaku
distraksi.
5. Pernapasan
:
- Batuk
(produktif/non produktif)
- Napas
pendek.
- Riwayat
tuberkulosis
- Peningkatan
jumlah pernapasan.
- Gerakan
pernapasan asimetri.
- Perkusi :
Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
- Suara napas
: Ronkhi
- Spuntum :
hijau/purulen, kekuningan, pink.
6.
Kemanan/Keselamatan :
- Adanya
kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
- Demam pada
kondisi akut.
7. Interaksi
Sosial :
- Perasaan
terisolasi/ditolak.
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi
spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,
penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
5. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi
kurang / tidak akurat.
Intervensi
Diagnosa
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan
napas efektif.
Kriteria hasil :
Ü Mencari
posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
Ü
Mendemontrasikan batuk efektif.
Ü Menyatakan
strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan
klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan
sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan
yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
2. Ajarkan
klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang
tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam
dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/
Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Lakukan
pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan
diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
5. Tahan napas
selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut.
Lakukan napas
ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/
Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
6. Auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian
ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan
klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi
yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
R/ Sekresi
kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang
mengarah pada atelektasis.
8. Dorong atau
berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene
mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi.
Pemberian
expectoran.
Pemberian
antibiotika.
Konsul photo
toraks.
R/ Expextorant
untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien
atas pengembangan parunya.
Diagnosa
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas
efektif.
Kriteria hasil :
Ü
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
Ü Mengalami
perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Ü Adaptive
mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana tindakan :
1. Berikan
posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke
sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada
sisi yang tidak sakit.
2. Observasi
fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
R/ Distress
pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
3. Jelaskan
pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
4. Jelaskan
pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
5. Pertahankan
perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan
lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu
klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi.
Pemberian
antibiotika.
Pemeriksaan
sputum dan kultur sputum.
Konsul photo
toraks.
R/Mengevaluasi
perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Diagnosa Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi
spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi
adekuat
Kriteria hasil :
Ü Menyebutkan
makanan mana yang tinggi protein dan kalori
Ü Menu makanan
yang disajikan habis
Ü Peningkatan
berat badan tanpa peningkatan edema
Rencana tindakan
1. Diskusikan
penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan
membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu
memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2. Ajarkan dan
bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan
berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Tawarkan
makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan
tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan
kapasitas.
4. Pembatasan
cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ cairan
dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.
5. Atur
makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa
paling suka untuk memakannya.
R/ Ini
meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.
6. Jelaskan
kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
a. Vitamin B12
(telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat
(sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine
(kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi
(jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
R/ Masukan
vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan
penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.
7. Konsul
dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.
R/ Kemungkinan
diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per
sonde.
Daftar Pustaka
Amin, M.,
(1999). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press
Carpenito,
L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
(2000).
Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Doengoes, (1999).
Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar