Selasa, 25 September 2012



LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL



A. DEFINISI

Penyakit saluran nafas dengan kriteria berupa meningkatnya reaktivitas trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi penyempitan saluran nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan.

Asma bronchial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversible yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminai dengan antigen. ( Tabrani, 1996 )

Asma bronchial adalah adanya gangguan pada selaput bronkus yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan. ( Arita, 2009 )



B. ETIOLOGI

Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas bronkus. Factor-faktor asma antara lain:

a. Allergen utama, seperti debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan.

b. Iritan, seperti asap , bau-bauan, dan polutan.

c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.

d. Perubahan cuaca yang ekstrim

e. Kegiatan jasmani yang berlebihan

f. Lingkungan kerja

g. Obat-obatan

h. Emosi



C. PATOFISIOLOGI

Yang sering terserang adalah bronkus dengan ukuran 3-5 mm, akan tetapi distribusinya meliputi daerah yang luas. Walaupun asma pada prinsipnya adalah suatu kelainan pada bagian jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian fungsional paru. Gangguan itu disebabkan karena:

· Peningkatan resistensi udara respirasi

· Terdapatnya perangkap udara menyebabkan seolah-olah volume inspirasi lebih besar dari ekspirasi.

· Terdapatnya mucus dengan viskositas yang tinggi di dalam lumen bronkus di mana dapat menimbulkan gangguan ventilasi

· Bronkus spasme dapat pula terjadi edema pada saluran pernafasan yang dapat mengganggu pertukarasn gas di dalam sistem pernafasan



A. MANIFESTASI KLINIS

- Dispnea/sesak nafas

- Wesing/napas berbunyi

- Batuk-batuk

- Keluar mucus/lender

- Keluar keringat banyak

- Mudah marah/emosional

- Egoistis dan mudah putus asa

- Malaise

- Anaroksia

- Nusea/mual bahkan sampai muntah



B. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

a. Pemeriksaan Sputum

Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang-kadang terdapat mucus plug.

b. Pemeriksaan darah

- Analisa gas darah umumnya normal, akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, huiperkapmia, atau asidosis

- Kadang ada peningkatan SGOT dan LDH

- Terjadi peningkatan IgE pada waktu serangan

c. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma umunya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran.



C. PENATALAKSANAAN

a. Diagnosis status asmatikus. Factor penting yang harus diperhatikan:

1. Saatnya serangan

2. Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)

b. Pemberian obat bronkodilator

c. Penilaian terhadap perb aikan serangan

d. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid

e. Penatalaksaan setelah serangan mereda

1. Cari factor penyebab

2. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya







KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKHIAL



I. PENGKAJIAN

1. Biodata

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan batuk, mengi, dan dispnea

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran napas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan eksim)

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Biasanya pasien mempunyai riwayat alergi seperti debu, cuaca dingin. Pasien pernah menderita penyakit ISPA.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita asma

d. Riwayat psikososial

- Kondisi rumah:

· Tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi

· Terpapar dengan asap rokok

· Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah terlalu banyak

- Binatang peliharaan: kucing

4. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

- Kelemahan

- Tampak sesak

- Pernafasan cuping hidung/penggunaan otot tambahan

- Tampak gelisah dan berkeringat dingin

- Batuk produktif

- Bibir kering



b. Auskultasi

Bunyi nafas mengi dan ronchi sepanjang area paru pada ekspirasi, penurunan/tidak ada bunyi nafas saat inspirasi



c. Palpasi

- Kulit teraba dingin

- Takikardia

-



II. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

2. In efektif kebersihan jalan nafas berghubungan dengan peningkatan produksi mucus, sekresi kental

3. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi

4. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi co2, peningkatan sekresi,peningkatan kerja pernapasan dan prosespenyakit





III. RENCANA ASUHAN KPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b/d penyempitan jalan nafas ditandai dengan:

- Pasien mengatakan sesak

- Pernafasan cuping hidung



Tujuan :

Pola nafas efektif dalam waktu 1x1 jam, dengan criteria hasil:

- Pasien tidak sesak

- Pasien tampak tenang



Intervensi:

1. Kaji frekuensi nafas

Rasional: mengetahui frekuensi pernafasan pasien

2. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman

Rasional: peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, tapi pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang mudah untuk bernafas,misal :sokongan tangan atau kaki di meja,bantal,lutut,dapat membantu menurunkan kelemahan otot dan sebagai alat dispansi dada

3. Observasi TTV

Rasional : mengetahui keadaan umum pasien

4. Beri obat sesuai indakasi

a. Bronkodilator

Rasional : merilekskan otot pernapasan dan menurunkan kongesti local,menurunkan spasme jalan napas,mengi dan produksi mukosa.

b. Gol zantin

Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP.

c. Kromolin

Rasional : menurunkan inflamasi local dan edema dengan menghambat efek histamine dan mediator lainnya.

d. Steroid oral / IV

Rasional : mencegah reaksi elergi / menghambat pengeluaran histamine,menurunkan berat dan frekuensi spasme,inflamasi pernapasan dan dispnea.





2. In efektif kebersihan jalan napas b/d peningkatan produksi mucus,sekresi kental ditandai dengan :

- Pasien mengatakan batuk

- Pasien mengatakan sesak

- Gelisah



Tujuan :

Bersihan jalan napas efektif dalam waktu 1x24 jam , dengan criteria hasil :

- Pasien mengatakan batuk berkurang

- Paien mengatakan tidak sesak lagi

- Pasien dapat tenang



Intervensi :

1. Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk

· Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin

· Gunakan nafas diafragma

· Tahan nafas selama 3-5 detik dan kemudian dengan perlahan hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)

· Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada(bukan dari belakang mulut/tenggorokan)

· Dengan menggunakan nafas pendek, batuk kuat.

· Demonstrasikan pernafasan pursed lip

Rasional :

Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi

2. Ajarkan pasien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi

· Pertahankan hidrasi adekuat : menigkatkakn asupan cairan 2-4 liter per hari. Bila tidak terkontra indikasikan oleh cardiac output / penyakit ginjal.

Rasional :

Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat memnyebabkan sumbatan mucus yang menimbulkan atelektasi.







3. Observasi TTV

Rasional :

Mengetahui keadaan umum pasien

4. Kolaborasi :

· Ekspektoran

Rasional :

Mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan

· Analgesic, antitusif

Rasional :

· Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energy dan memungkinkan pasien istirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar